Pekanbaru, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Hadis, Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim (Suska) Riau kembali menunjukkan eksistensinya sebagai motor intelektual mahasiswa dengan menggelar Seminar Nasional dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) Ilmu Hadis ke-8. Kegiatan yang digelar di Aula Fakultas Ushuluddin ini mengangkat tema besar “Ilmu Hadis sebagai Pilar Peradaban dan Relevansinya terhadap Tantangan Kontemporer.”
Seminar ini menghadirkan dua narasumber nasional yang kompeten di bidangnya, yaitu Dr. Afrizal Nur, S.Th.I., MIS dan Dr. H. Ahmad Zikri, S.Ag., B.Ed., Dipl.AI, MH.C.M.ed. Keduanya dikenal sebagai akademisi dan pakar hadis yang aktif dalam kajian keislaman dan pendidikan modern.
Dalam pemaparannya, Dr. Afrizal Nur menegaskan bahwa ilmu hadis memiliki peran historis yang sangat mendasar dalam membangun peradaban Islam. Ia menjelaskan bahwa seluruh aspek kehidupan umat Islam, mulai dari moralitas, pendidikan, hingga sistem sosial, tidak lepas dari nilai-nilai yang bersumber dari hadis Nabi.
“Ilmu hadis adalah pilar utama peradaban Islam. Sejarah membuktikan bahwa setiap kemajuan peradaban Islam berakar dari semangat pemahaman dan pengamalan hadis Rasulullah ﷺ. Melalui hadis, nilai-nilai keilmuan, keadilan, dan kemanusiaan dijaga keberlanjutannya,” ungkapnya.
Sementara itu, Dr. Ahmad Zikri dalam pemaparannya menyoroti dimensi relevansi ilmu hadis dalam menghadapi tantangan dunia modern. Menurutnya, era digital dan globalisasi menimbulkan berbagai persoalan baru yang menuntut umat Islam untuk kembali kepada prinsip-prinsip verifikasi dan moralitas kenabian yang diajarkan oleh ilmu hadis.
“Kita hidup di era information overload, di mana informasi menyebar begitu cepat tanpa filter. Prinsip tatsabbut dan tabayyun dalam ilmu hadis menjadi sangat relevan sebagai mekanisme verifikasi kebenaran informasi. Selain itu, degradasi moral yang melanda generasi muda dapat dijawab dengan meneladani akhlak Rasulullah ﷺ yang terekam dalam hadis-hadis sahih,” jelasnya.
Dr. Ahmad Zikri juga menambahkan bahwa ilmu hadis bukan hanya disiplin ilmu klasik, tetapi memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap konteks zaman. Ia menilai, generasi muda perlu mempelajari ilmu hadis tidak semata sebagai ilmu keagamaan, tetapi juga sebagai fondasi etika sosial, akademik, dan profesional di tengah masyarakat modern.
Seminar nasional ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa, dosen, serta peserta umum dari berbagai kampus di Riau. Acara berlangsung interaktif dengan sesi tanya jawab yang menggugah pemikiran peserta mengenai posisi hadis dalam membangun peradaban masa kini.
Ketua HMPS Ilmu Hadis, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk rasa syukur atas perjalanan delapan tahun Prodi Ilmu Hadis sekaligus komitmen mahasiswa untuk terus berkontribusi dalam pengembangan keilmuan Islam.
“Harlah ke-8 ini menjadi momentum untuk menegaskan kembali bahwa Ilmu Hadis bukan hanya warisan ilmiah, tapi juga pedoman peradaban. Kami berharap kegiatan ini menumbuhkan semangat intelektual dan spiritual bagi seluruh mahasiswa,” ujarnya.
Ketua Program Studi Ilmu Hadis, Dr. Sukiyat, M.Ag., turut memberikan apresiasi atas terselenggaranya seminar ini. Ia menilai bahwa tema yang diangkat sangat kontekstual dan menunjukkan arah keilmuan yang visioner.
“Mahasiswa Ilmu Hadis harus mampu membaca zaman dengan perspektif kenabian. Seminar ini menjadi bukti bahwa kajian hadis tidak ketinggalan zaman, justru semakin relevan untuk menjawab problem kemanusiaan modern,” ungkapnya.
Acara diakhiri dengan penyerahan plakat penghargaan kepada kedua narasumber dan sesi foto bersama seluruh panitia, dosen, dan peserta. Dengan terselenggaranya seminar nasional ini, HMPS Ilmu Hadis kembali menegaskan perannya sebagai wadah akademik yang berorientasi pada penguatan tradisi keilmuan Islam dan aktualisasi nilai-nilai kenabian di era modern. (Bundar)


